Senin, 10 November 2014

Contoh Cerpen ( cerita pendek) tugas Bahasa Indonesia


Begitu Cepat Pergi
oleh : Velya Ramadhani

Tak ku abaikan semua orang. Aku harus berlari menuju sekolah. Bel sudah berbunyi saat aku turun dari mobil yang hanya mengantarku sampai ke persimpangan sekolah. Nyaris aku datang terlambat karena  terbangun kesiangan. Pas pada waktunya aku berbaris. Memang ini bukan hal aneh bagiku.Karena aku selalu mengalami kejadian ini. Sangat sering aku terlambat dan nyaris mendapat hukuman. Setelah apel pagi usai, aku pergi ke kelas bersama temanku. Aku pun mengikuti pelajaran. Dari pagi sampai pulang sekolah semua seperti biasa saja. Tak ada yang begitu istimewa.
Aku pulang dengan perasaan lelah. Tak ingin kulakukan apapun. Aku hanya ingin mengistirahatkan tubuhku ini. Baru beberapa menit aku membaringkan tubuhku, Hp ku bergetar ada panggilan masuk. Aku tak ingin mengangkatnya. Aku tak ingin beranjak dari tempat tidurku. Ku biarkan dia bergetar lama. Tapi ia terus bergetar tanpa henti. Dengan amarah ku angkat Hp ku. “HALO !?’ nada ku tinggi menjawab. “kakaaakk .. apa kabar kakak ? ” dengan irama senang si penelepon menjawab. Kakak ? siapa ini? Lalu aku melihat HP ku. Ternyata adik sepupu yang paling ku sayangi menelepon dari bangka belitung. Sentak amarah dan rasa lelah ku pun berubah menjadi perasaan gembira seketika. Sudah lama aku tak berbicara dengan adikku ini. Adikku bercerita panjang lebar denganku. Aku begitu senang. Dia bercerita tentang sekolahnya yang mengasyikkan. Aku pun yang hanya mendengarkan celotehan nya pun hanya bisa tersenyum. Dia begitu semangat. Aku bicara lama sekali dengannya.
Tapi, tiba-tiba telepon terputus. Entah karena apa. Kulihat HP ku. Jaringan disini bagus. Apa yang memutuskan? Aku berpikir adikku itu akan menelepon ku sekali lagi. Tapi ku tunggu tak juga datang. “Mungkin pulsa orangtuanya habis.” Pikirku positif.
Beberapa hari kemudian. Pagi ini seperti biasa. Aku datang terlambat. Tapi itu sudah menjadi sarapan pagiku setiap hari. Hari ini olahraga. Aku memang mencintai olahraga. Itu pelajaran yang aku sukai. Tapi hari ini aku berbeda. Aku tak ingin olahraga sama sekali. Aku terlalu lelah untuk olahraga. Aku tak semangat olahraga. Akhir-akhir ini aku sering kelelahan. Entah apa yang terjadi dalam diriku.
Aku bergegas pulang. Tak ingin melakukan kegiatan apapun. Apapun itu. Setiba dirumah, tak ku buka sepatu ku, aku langsung melempar tas dan mehempaskan tubuhku di atas tempat tidurku. Nyaris aku akan tertidur tiba-tiba HP ku berbunyi lagi. Aku berharap itu dari adikku. Dan ternyata benar. Yap, suasana hatiku berubah kembali. Kali ini ceritaku dengan adikku lebih menarik. Dia bercerita tentang kakak kelas yang menyukainya. Sampai-sampai teman sekelasnya mentertawakannya. Tapi hari ini dia hanya sebentar meneleponku. Dia bilang ada urusan. Dengan berat hati ku tutup telepon tersebut.
Keesokkan harinya adalah hari yang menyenangkan bagiku. Entah kenapa aku sangat bahagia sekali. Aku mengikuti pelajaran dengan baik. Tak seperti biasanya, aku hanya bermalas-malasan dan tidak memperhatikan guru. Sampai pulang aku bahagia. Sampai temanku heran padaku. Kenapa aku begitu semangat hari ini. Setelah sekolah berakhir, aku pulang ke rumah. Pintu rumahku terbuka tidak seperti biasanya. kulihat ada sendal orangtuaku dan saudara-saudaraku. Ku masuk kedalam rumah melihat apa yang terjadi. Tampak semua keluargaku menangis. Tak ku hiraukan mereka. Mungkin masalah keluarga atau apa. Memang aku tak biasa ikut campur dalam masalah keluarga. Aku hanya masuk ke kamar tanpa bertanya apa yang terjadi.Tapi aku melihat mereka semua menangis. Bahkan kakakku menagis tersedu-sedu. Tetap aku tak memberanikan diri untuk bertanya.

Aku ingin menelepon adikku untuk menenagkan keherananku. Mungkin aku bisa mendengar cerita-cerita tentang dirinya. Tapi aku tak menemukan HP ku. Lalu aku keluar dari kamarku dan melihat HP ku digenggam oleh kakakku. “adik yang di bangka belitung meninggal karena demam tadi pagi. Kakak dapat telepon tadi dari orangtuanya.” Perkataan kakakku mengagetkanku. Tak jadi aku mengambil HP ku aku bali lagi kekamarku tanpa sepatah katapun. Kosong. Pikiran ku kosong. Aku tak mengerti semua ini. Akupun kembali keluar kamarku dan sampai keluar rumahku. Aku duduk di teras rumahku. Akhirnya keluar juga air mataku yang telah berusaha ku tahan daritadi. Kenapa? Kenapa begitu cepat pergi ? hanya demam. Dia hanya demam dan pergi ? lantas aku berbicara kasar dalam hatiku.” Dia masih kecil. Dia belum menggapai cita-citanya. Dia belum membalas jasa orangtuanya. Kenapa pergi ? dia masih belum merasakan dunia. Banyak hal yang ingin dilakukannya. Tuhan , kau sungguh kejam” kataku dalam hati. aku terduduk lemas. Tak sanggup bergerak lagi. Serasa tubuhku tak bertulang. Kebahagiaan di sekolah berubah menjadi tangisan kesedihan. Ku tatap langit yang amat cerah. Suasana langit sekarang tak sesuai dengan cuaca dihatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar